Rumah Cemara

Hari ini, aku ikhlas melepas Pak Soekarno dan Hatta, bersama dua pasangan saudara kembar mereka. Yah, akibat jadi panitia, harus bayar iuran yang udah nunggak entah berapa bulan ^^

Untungnya, karena aku dan si penagih hutang langsung bertemu muka, kami jadi punya kesempatan untuk bertukar cerita, kali ini tentang Rumah Cemara. Tidak seperti yang terpikir kebanyakan orang, bangunan Rumah Cemara terbuat dari semen dan batu bata, bukan kayu cemara. Juga, Rumah Cemara bukan dihuni oleh pohon cemara, melainkan oleh manusia.

Yang menarik dari Rumah Cemara adalah para pengurus dan penghuninya–90% ODHA. Rumah Cemara adalah lembaga swadaya (NGO) yang melayani mereka yang terkena HIV. Di lembaga ini, puluhan ODHA berkumpul untuk saling menguatkan dan terus berkarya.

Mereka datang ke komunitas pemakai narkoba, kemudian membagi-bagikan jarum-suntik-steril gratis kepada para pemakai. Orang sekitar menganggap hal itu buruk, karena melegalkan narkoba. Tapi warga RC memandang dari sudut lain. Kebanyakan dari mereka adalah mantan pengguna, dan tahu betapa tidak mungkinnya mengubah cepat kebiasaan itu. Jadi, untuk menghindari penyebaran HIV lewat jarum suntik, mereka menggunakan metode itu.

Menggalang dana? Mereka pernah melakukan seperti apa yang Greenpeace lakukan di kampus, tapi mereka sadar bahwa metode seperti itu susah dilakukan. Pemerintah pun tidak memberikan bantuan banyak. Jadi, mereka menggalang dana dengan bermain futsal. Kerennya,

Kapten Tim Indonesia untuk Homeless World Cup 2011, Deradjat Ginandjar Koesmayadi (Ginan), raih gelar sekaligus trofi sebagai the Most Valuable Player atau pemain terbaik dalam ajang Internasional, Homeless World Cup 2011 di Paris, Prancis. – Tumblr RC

Ya. ODHA bisa main bola. Bahkan sampai juara tingkat dunia. Dapat dana. Saya aja yang gak kena AIDS gak bisa main futsal. -_-

“Ayo ngaku… Siapa di sini yang pake drugs?” tanyanya kepada puluhan anak SD yang saat itu ada di depannya.

Anak-anak itu ketawa sambil ngangkat tangan temen-temen di sebelahnya.

“Saya…,” dia melihat ke sekeliling, “…dulu mulai pakai narkoba waktu kelas empat SD.”

“Haaaaah….,” muka kaget anak-anak SD yang terekam di video itu lucu, tapi juga dapat ditafsirkan sebagai tolok ukur betapa uniknya kehidupan seseorang yang saat kelas empat sudah dekat dengan obat.

Kagum. Walaupun tahu 5-10 tahun lagi mereka akan mati, tapi mereka bisa berdiri dan berkhotbah pada dunia bahwa orang-orang terkucil seperti mereka pun bisa berkarya. Kayaknya sekali waktu nanti bakal maen ke sana deh ๐Ÿ˜€ Banyak ketangguhan dan semangat yang bisa kutiru dari mereka. Kalo gara-gara IP rendah aja aku menyerah untuk serius kuliah, Cuy, tingkatku ada jauh di bawah teman-teman ini.

Tiap hari, pasti ada hal menarik untuk diceritakan. Sayang, jarang ada waktu untuk membagikan. ๐Ÿ™‚ Selamat malam.

Tinggalkan komentar